Keren! Ilmuwan PTKIN Unjuk Gigi, Masuk Jajaran Top Dunia Versi Stanford–Elsevier!

Table of Contents

Ilmuwan PTKIN Unjuk Gigi, Masuk Jajaran Top Dunia Versi Stanford–Elsevier

Kabar gembira datang dari dunia pendidikan Islam di Indonesia! Lima ilmuwan terbaik dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) berhasil menorehkan prestasi membanggakan. Mereka kini tercatat dalam daftar bergengsi Top 2% Scientist Worldwide (single-year) 2025, sebuah pengakuan prestisius yang dirilis oleh tim peneliti dari Universitas Stanford dan Elsevier. Ini bukan hanya kebanggaan bagi PTKIN, tapi juga bukti nyata bahwa kualitas riset dan akademik di lingkungan pendidikan Islam negeri kita sudah diakui di kancah global.

Capaian luar biasa ini menunjukkan bahwa PTKIN mampu bersaing dan memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai bidang keilmuan. Dari total 209 peneliti Indonesia yang masuk daftar ini, lima di antaranya berasal dari kampus-kampus keagamaan negeri. Ini adalah sinyal kuat bahwa transformasi mutu pendidikan dan budaya publikasi bereputasi di PTKIN telah berjalan di jalur yang benar dan menghasilkan dampak yang nyata.

Amin Suyitno, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, dengan bangga menyampaikan apresiasinya di Jombang. Ia menekankan bahwa keberhasilan ini menjadi bukti bahwa kolaborasi internasional dan peningkatan kualitas riset di PTKIN tidak main-main. Ke depan, Kemenag berkomitmen untuk terus memperkuat dukungan pendanaan, pendampingan penulisan, serta jejaring riset. Tujuannya jelas, agar dampak keilmuan dan kebermanfaatan riset PTKIN semakin luas dan dirasakan oleh masyarakat.

Mengenal Lebih Dekat: Top 2% Scientist Stanford–Elsevier itu Apa Sih?

Mungkin banyak yang bertanya-tanya, apa sebenarnya Top 2% Scientist Worldwide versi Stanford–Elsevier ini? Ini adalah sebuah peringkat yang dibuat oleh tim peneliti terkemuka, dipimpin oleh Prof. John P. A. Ioannidis dari Stanford University. Mereka menggunakan data dari Scopus, sebuah basis data sitasi ilmiah terbesar di dunia, untuk mengidentifikasi para ilmuwan paling berpengaruh. Jadi, ini bukan sekadar nominasi atau penilaian subjektif, melainkan berbasis data yang kuat dan terukur.

Metodologinya sangat transparan dan kredibel, menggunakan berbagai indikator standar seperti jumlah sitasi (seberapa sering karya seorang ilmuwan dikutip), indeks H (mengukur produktivitas dan dampak sitasi), serta pengaruh dari kolaborasi dengan penulis lain. Data ini kemudian dianalisis secara cermat di berbagai sub-bidang ilmu. Hasilnya dipublikasikan melalui platform data Elsevier, sehingga setiap orang dapat mengaudit, membandingkan, dan melacak perkembangan lintas tahun. Pengakuan global ini adalah cerminan dari dampak nyata yang dihasilkan oleh penelitian seorang ilmuwan.

Rilis terbaru untuk tahun 2025, yang menjadi acuan berita membanggakan ini, diterbitkan pada tanggal 19 September 2025. Kredibilitas metodologinya yang lintas-disiplin dan berbasis data sitasi internasional menjadikan daftar ini sangat dihormati di kalangan akademisi dunia. Dengan demikian, masuknya ilmuwan PTKIN ke dalam daftar ini adalah validasi ilmiah yang tak terbantahkan.

Para Ilmuwan Kebanggaan PTKIN: Siapa Saja Mereka?

Ini dia daftar lima ilmuwan hebat dari PTKIN yang namanya kini bersinar di daftar Top 2% Stanford–Elsevier:

No. Nama Ilmuwan Institusi Bidang Ilmu
1. Prof. Maila Dinia Husni Rahiem UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Education; Artificial Intelligence & Image Processing (social sciences)
2. Prof. Muhammad Siddiq Armia UIN Ar-Raniry Banda Aceh Law; Education
3. Prof. Saiful Mujani UIN Syarif Hidayatullah Jakarta History; International Relations (social sciences)
4. Prof. Mursyid Djawas UIN Ar-Raniry Banda Aceh History; Historical Studies
5. Dr. Habibis Saleh UIN Sultan Syarif Kasim Riau Mechanical Engineering & Transports; Energy (engineering)

Sungguh daftar yang menginspirasi, bukan? Kelima ilmuwan ini datang dari berbagai institusi PTKIN di Indonesia, mulai dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Ar-Raniry Banda Aceh, hingga UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Mereka juga memiliki spesialisasi bidang ilmu yang beragam, menunjukkan bahwa PTKIN memiliki kekuatan riset yang multi-disipliner.

Prof. Maila Dinia Husni Rahiem misalnya, berkarya di bidang Pendidikan serta Kecerdasan Buatan dan Pengolahan Citra dalam konteks ilmu sosial. Sementara itu, Prof. Muhammad Siddiq Armia dan Prof. Saiful Mujani menonjol di bidang Hukum, Pendidikan, Sejarah, dan Hubungan Internasional. Ada juga Prof. Mursyid Djawas dengan keahliannya di bidang Sejarah dan Kajian Sejarah, serta Dr. Habibis Saleh yang berkarya di bidang Teknik Mesin, Transportasi, dan Energi. Keberagaman ini membuktikan bahwa PTKIN tidak hanya kuat di bidang agama, tetapi juga di berbagai disiplin ilmu lainnya yang relevan dengan perkembangan zaman.

Tren Positif: Lonjakan Signifikan Capaian PTKIN

Prestasi tahun 2025 ini menjadi bukti lonjakan yang sangat menggembirakan bagi PTKIN. Kemenag mencatat bahwa pada tahun 2023, hanya ada satu nama dari PTKIN yang berhasil masuk dalam daftar Top 2% Stanford–Elsevier. Nama tersebut adalah Prof. Maila Dinia Husni Rahiem. Situasi serupa terjadi di tahun 2024, di mana Prof. Maila kembali menjadi satu-satunya perwakilan dari PTKIN.

Namun, di tahun 2025 ini, jumlahnya melonjak drastis menjadi lima nama! Ini adalah peningkatan yang signifikan dan menunjukkan progres luar biasa dalam kualitas riset di PTKIN. Khusus untuk Prof. Maila Dinia Husni Rahiem, pengakuan ini merupakan predikat ketiga berturut-turut yang ia raih sejak 2023. Konsistensi Prof. Maila dalam menghasilkan publikasi bereputasi dan dampak sitasi internasionalnya patut diacungi jempol dan menjadi inspirasi bagi banyak peneliti lainnya.

Di Balik Layar Kesuksesan: Strategi dan Dukungan Kemenag

Capaian luar biasa ini tentu tidak lahir begitu saja. Ada fondasi yang kuat dan strategi yang matang yang dibangun oleh Kementerian Agama. Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Arskal Salim, menjelaskan bahwa semua ini berkat tata kelola riset yang terus diperkuat. Kemenag telah serius membangun road-mapping penelitian yang jelas, memastikan setiap riset punya arah dan tujuan yang terencana.

Selain itu, penguatan etika penelitian (research ethics) juga menjadi prioritas, memastikan semua riset dilakukan secara bertanggung jawab dan berintegritas. Unit pendampingan publikasi dibentuk untuk membantu para dosen dan peneliti PTKIN. Mereka mendapatkan bimbingan dalam menulis dan mempublikasikan karya di jurnal bereputasi internasional. Tak hanya itu, Kemenag juga menjalin kerja sama erat dengan berbagai penerbit dan asosiasi ilmiah global. Semua langkah ini bertujuan untuk mendorong standardisasi data riset dan manajemen penelitian yang akuntabel di seluruh PTKIN, sehingga hasilnya terukur dan diakui secara global.

Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron, menambahkan bahwa penguatan kapasitas dosen-peneliti adalah kunci utama. Kemenag telah memperluas skema research clinic dan program mentoring publikasi bereputasi. Ini adalah wadah bagi para peneliti untuk mendapatkan bimbingan intensif dari pakar, memperbaiki kualitas tulisan, dan memahami standar jurnal internasional. Selain itu, hibah kolaboratif lintas kampus dan lintas negara juga digalakkan. Ini membuka peluang bagi para peneliti PTKIN untuk bekerja sama dengan rekan-rekan dari institusi lain, baik di dalam maupun luar negeri, memperkaya perspektif dan jangkauan penelitian mereka.

Kelima nama yang masuk daftar di tahun 2025 ini adalah sinyal kuat bahwa PTKIN siap untuk berlari lebih kencang lagi. Target Kemenag bukan hanya sekadar masuk daftar, melainkan memastikan bahwa riset-riset yang dihasilkan memiliki dampak nyata. Dari mulai meningkatkan literasi masyarakat, memperkuat moderasi beragama, hingga mengembangkan sains terapan yang bisa menjadi solusi bagi berbagai permasalahan bangsa. Ini adalah visi besar yang menempatkan riset sebagai pilar pembangunan.

Makna Lebih Dalam: Tiga Pilar Strategis Pengakuan Internasional

Menurut Sahiron, masuknya lima ilmuwan PTKIN ke dalam daftar global ini memiliki setidaknya tiga makna strategis yang sangat penting:

Pertama, legitimasi ilmiah internasional. Ini berarti hasil riset dari sivitas akademika PTKIN kini diakui secara luas melalui metrik yang ketat dan objektif. Pengakuan ini bebas dari konflik kepentingan karena murni berbasis pada data sitasi global. Hal ini meningkatkan kepercayaan dunia internasional terhadap kualitas penelitian yang dihasilkan oleh PTKIN, mengangkat nama baik Indonesia di mata dunia akademik.

Kedua, efek pengganda pada kultur akademik. Capaian ini bukan hanya tentang pengakuan individu, tapi juga menjadi inspirasi dan motivasi bagi seluruh dosen dan mahasiswa PTKIN. Mereka akan terdorong untuk menulis lebih banyak di jurnal-jurnal bereputasi, berbagi data dan temuan riset secara terbuka (open science), serta membangun kolaborasi lintas disiplin. Efek domino ini akan menciptakan lingkungan akademik yang lebih dinamis, inovatif, dan berdaya saing tinggi.

Ketiga, dampak pada kebijakan dan layanan publik. Riset yang berkualitas dan diakui secara internasional akan menghasilkan temuan yang lebih valid dan kuat. Temuan-temuan ini bisa menjadi dasar yang kokoh untuk penyusunan naskah kebijakan yang lebih baik, pengembangan kurikulum pendidikan yang relevan, serta inovasi dalam program pengabdian masyarakat. Dengan demikian, riset PTKIN akan berkontribusi langsung pada pemecahan masalah bangsa dan peningkatan kualitas layanan publik berbasis bukti.

Melaju Lebih Cepat: Visi Kemenag untuk Masa Depan Riset PTKIN

Keberhasilan di tahun 2025 ini menjadi titik tolak bagi Kemenag untuk terus mengakselerasi pengembangan riset di seluruh PTKIN. Program-program prioritas akan difokuskan pada beberapa area penting. Pertama, penguatan kolaborasi riset nasional-global. Ini berarti mendorong lebih banyak kerja sama penelitian antara PTKIN dengan institusi lain, baik di dalam maupun luar negeri. Tujuannya untuk memperluas jaringan dan meningkatkan kualitas hasil riset.

Kedua, Kemenag akan mempromosikan open science. Ini adalah gerakan untuk membuat penelitian ilmiah dan data penelitian dapat diakses dan digunakan secara bebas oleh semua orang. Dengan demikian, ilmu pengetahuan bisa berkembang lebih cepat dan dampaknya bisa lebih luas. Ketiga, peningkatan literasi data dan Artificial Intelligence (AI) untuk riset. Di era digital ini, kemampuan mengolah data besar dan memanfaatkan teknologi AI sangat krusial untuk analisis riset yang mendalam dan inovatif.

Terakhir, fokus juga akan diberikan pada peningkatan kualitas grant-writing (penulisan proposal hibah penelitian) dan research visibility (bagaimana agar riset lebih dikenal dan diakses). Dengan proposal yang kuat, PTKIN bisa mendapatkan lebih banyak dana penelitian. Sementara itu, visibilitas yang tinggi memastikan bahwa hasil riset mereka tidak hanya tersimpan di perpustakaan, tetapi benar-benar menjangkau audiens yang lebih luas dan memberikan dampak nyata.


Sungguh kabar yang membanggakan dan menginspirasi, bukan? Prestasi lima ilmuwan PTKIN ini adalah bukti bahwa dengan kerja keras, kolaborasi, dan dukungan yang tepat, perguruan tinggi keagamaan kita mampu bersaing di panggung dunia.

Bagaimana menurut kalian? Apakah ada ilmuwan PTKIN lain yang menurutmu juga patut mendapatkan apresiasi serupa? Bagikan pendapatmu di kolom komentar di bawah ini!

Posting Komentar