Penasaran Kenapa Bule Nggak Cebok Air? Ternyata Ini Alasannya!
Di dunia ini, urusan membersihkan diri setelah buang air besar tuh kayak punya dua kubu besar: tim yang wajib pakai air dan tim yang setia sama tisu. Biasanya, yang hobi pakai air itu dari negara-negara Timur, termasuk kita di Indonesia. Nah, kalau yang pakai tisu, seringnya sih dari negara Barat atau yang biasa kita sebut ‘bule’. Terus, kenapa ya bisa begitu? Ada alasan di baliknya, lho!
Dulu Orang Gimana Ceboknya?¶
Sebenarnya, kebiasaan membersihkan diri setelah buang air itu udah ada sejak lama banget, jauh sebelum ada tisu toilet modern. Metodenya beda-beda tergantung zaman dan tempat, disesuaikan sama adat istiadat dan kondisi lingkungan saat itu. Ada yang pakai air, daun-daunan, rumput, batu, atau bahkan cuma tangan aja.
Misalnya, di Romawi kuno sekitar abad ke-6 SM, konon mereka pakai batu buat cebok! Beda lagi sama di Timur Tengah yang memang dari dulu sudah pakai air, salah satunya karena ajaran agama yang menganggap air sebagai pembersih terbaik. Menariknya, kalau ngomongin tisu buat bersih-bersih, jejak awal kemunculannya justru bukan di Barat, melainkan di China. Bangsa China ini kan emang jago bikin kertas, jadi wajar kalau tisu juga lahir di sana sebagai pengembangan dari kertas.
Bule Males Dingin-dingin Kena Air?¶
Salah satu alasan paling kuat kenapa orang Barat atau bule lebih milih tisu itu ternyata soal cuaca. Bayangin aja, di negara-negara empat musim, terutama pas musim dingin, suhu udara bisa beku. Jelas banget kan, nyentuh air dingin buat cebok itu rasanya… brrr! Makanya, pakai tisu itu jadi pilihan yang lebih ‘hangat’ dan praktis buat mereka.
Beda jauh sama kita di negara tropis yang udaranya cenderung panas. Kena air itu justru bikin seger, malah kalau nggak kena air rasanya gerah dan kurang bersih. Jadi, bisa dibilang iklim itu punya andil besar dalam menentukan cara orang membersihkan diri di toilet. Ini juga sejalan sama ajaran agama tertentu yang banyak dianut di negara tropis, seperti Islam dan Hindu, yang memang menganjurkan pakai air.
Urusan Perut Juga Ikut Ngaruh¶
Selain cuaca, ternyata kebiasaan makan juga lho, punya pengaruh! Konon, pola makan orang Barat itu cenderung rendah serat dibandingkan orang Asia atau Afrika. Makanan rendah serat ini bikin kotoran yang dikeluarkan lebih sedikit dan nggak terlalu ‘basah’ atau lengket. Makanya, buat mereka, membersihkan pakai tisu aja dianggap udah cukup bersih karena kotorannya nggak sebanyak atau selengket yang biasa.
Nah, kalau orang Asia, Afrika, atau sebagian Eropa yang sering makan makanan tinggi serat (kayak sayur, buah, biji-bijian), hasil ‘produksinya’ cenderung lebih banyak dan teksturnya beda. Kotoran yang lebih banyak dan mungkin lebih lengket itu akan jauh lebih efektif dibersihkan pakai air biar bener-bener tuntas. Jadi, apa yang kamu makan ternyata bisa mempengaruhi cara kamu bersih-bersih di toilet!
Tisu Toilet Jadi Superstar¶
Perkembangan industri juga ikut mempopulerkan tisu toilet, terutama di negara-negara non-tropis. Setelah tisu toilet ditemukan (lagi-lagi di China, tapi perkembangannya pesat di Barat), inovasi terus muncul. Puncaknya mungkin pas tisu toilet gulungan pertama kali diciptakan sekitar tahun 1890-an. Ini bikin tisu jadi makin praktis, gampang disimpan, dan mudah didistribusikan.
Kepopuleran tisu toilet ini makin menjadi seiring dengan kemunculan pabrik-pabrik besar yang memproduksinya secara massal. Tisu pun makin mudah ditemukan dan harganya terjangkau, mengukuhkan posisinya sebagai alat cebok utama di banyak negara Barat. Kebiasaan ini pun akhirnya mengakar kuat dan jadi bagian dari gaya hidup modern di sana.
Siapa yang Lebih Bersih Menurut Sains?¶
Oke, sekarang pertanyaannya: secara ilmiah, mana sih yang lebih bersih antara pakai air atau tisu? Riset-riset ilmiah ternyata menunjukkan bahwa cebok menggunakan air itu jauh lebih bersih. Air bisa membersihkan sisa-sisa kotoran dan bakteri sampai tuntas, nggak cuma ‘menggeser’ atau mengusap sisa-sisa seperti tisu. Kalau pakai tisu aja, seringkali masih ada sisa-sisa kotoran yang tertinggal, yang bisa jadi sarang bakteri dan menyebabkan iritasi, gatal-gatal, atau masalah kesehatan lainnya kalau kebersihan nggak terjaga maksimal. Intinya, air memang juaranya soal kebersihan tuntas dari kuman dan bakteri.
Susah Lepas dari Kebiasaan¶
Meski secara ilmiah air terbukti lebih bersih, kenapa ya orang bule tetap pakai tisu? Alasan utamanya adalah kebiasaan dan budaya yang sudah mendarah daging. Mereka sudah terbiasa seperti itu dari kecil, turun-temurun. Mengganti kebiasaan yang sudah mengakar kuat selama beberapa generasi itu tentu bukan perkara mudah. Selain itu, fasilitas toilet di sana juga umumnya memang didesain untuk penggunaan tisu, bukan air. Nggak banyak bidet atau selang air di toilet publik mereka, jadi ya mau nggak mau tisu jadi pilihan yang paling realistis. Faktor kenyamanan dan kemudahan akses juga jadi pertimbangan penting. Membawa botol air khusus atau mencari toilet dengan fasilitas air di tempat umum mungkin dirasa merepotkan dibandingkan sekadar mengambil beberapa lembar tisu yang sudah tersedia.
Bidet: Solusi Kompromi?¶
Tapi tunggu dulu, dunia itu berkembang! Belakangan ini, kesadaran akan kebersihan dan kenyamanan makin meningkat di mana-mana, termasuk di negara-negara Barat. Salah satu ‘jembatan’ antara tim air dan tim tisu adalah penggunaan bidet. Bidet itu semacam alat (bisa keran terpisah atau terintegrasi dengan kloset) yang menyemprotkan air untuk membersihkan area pribadi setelah buang air.
Meskipun belum sepopuler tisu di seluruh Barat, bidet mulai banyak dipasang di rumah-rumah atau hotel modern, menunjukkan adanya pergeseran atau setidaknya opsi tambahan bagi mereka yang menginginkan kebersihan ekstra dengan air tapi tetap praktis. Ini bisa jadi pertanda bahwa konsep “cebok pakai air” pelan-pelan mulai diterima di beberapa kalangan di negara-negara yang tadinya didominasi tisu.
Jadi, Apa Intinya?¶
Jadi, kalau disimpulkan, kenapa orang bule atau masyarakat di negara beriklim dingin lebih memilih tisu daripada air untuk cebok itu karena beberapa faktor utama:
* Iklim: Udara dingin bikin males pakai air.
* Diet: Makanan rendah serat bikin kotoran lebih ‘mudah’ dibersihkan pakai tisu.
* Sejarah & Industri: Perkembangan tisu toilet modern dan ketersediaannya yang meluas membuat tisu jadi pilihan utama.
* Kebudayaan & Kebiasaan: Sudah jadi tradisi turun-temurun yang sulit diubah, didukung pula oleh desain fasilitas toilet.
* Kenyamanan: Tisu dianggap lebih praktis di berbagai situasi publik di sana.
Meskipun secara ilmiah air terbukti lebih unggul dalam kebersihan, faktor-faktor non-ilmiah tadi punya pengaruh yang sangat besar dalam membentuk kebiasaan global ini. Kebiasaan cebok ini adalah contoh menarik bagaimana budaya, sejarah, geografi, bahkan ekonomi bisa membentuk perilaku sehari-hari kita.
Nah, sekarang udah tahu kan alasannya? Gimana pendapatmu soal perbedaan kebiasaan cebok ini? Lebih tim air atau tim tisu? Atau tim bidet? Share di kolom komentar, yuk!
Posting Komentar